Aku tak dapat melihat,
Aku tak dapat mendengar
tatapi ak dapat merasakan
Jalan membelah persawahan menjadi tempat akhir dari hidup kami
Berkali-kali kendaraan mengelindas tubuh kami
Bisapun tak mampu melindungi kami apalegi suara desisan yang menjadi kami ditakuti
Ak tak jahat bila kau tak ganggu
Sesungguhnya siapakah yang jahat diantara kita
Ketakutan kalian akan kehadiranku sungguh tak beralasan
Sesuguhnya hanyalah tikus yang wajib takut pada kami
Darah tikus-tikus dengan perut buncitlah yang seharusnya menetes di parang kalian
Bukan darah kami dan juga bukan daging kami yang tersaji dalam piring kalian.
Kalimat itulah yang pasti terlintas oleh seekor ular, ntah ular berbisa ataupun tidak. Ular memang tampak sekilas menakutkan tetapi sebenarnya dia binatang yang manis. Siang kemarin aku melihat sebuah liputan di trans7 dengan acara Pasar Unik. Pasar ini benar-benar unik yaitu di daerah Sumatra terdapat sebuah pasar yang khusus menjual daging ular terutama ular piton yang dijadikan konsumsi warga. Berbagai macam jenis ular mulai dari batik, loreng, Albino, Hijau, Granit dan tiger. Memang sungguh tragis nasib ular ini. Padahal dalam rantai makanan ular memiliki peran yang cukup besar dalam membantu mengurangi populasi hama tikus. Para masyarakat di Sumatra itu memburu ulat piton untuk dikonsumsi yaitu dijadikan lauk-pauk sehari hari. ntalah agama penduduk di sana apa, maaf bukanya bermaksud RAS tetapi apa tidak ada makanan lain (lepas dari soal haram dan halal). Ular piton memang bukan binatang yang langka. Tetapi bukankah jika terus diburu suatu saat nanti juga akan punah. sayangi juga ular karena dia juga makluk hidup....