Penulis : Dee/ Dewi Lestari
Penerbit : Penerbit Bentang
Cetakan Pertama : Juni 2011
Tebal : 162 halaman
Madre yang berisi kumpulan
cerita yang sudah dinanti oleh para
penggemar Dee terutama aku sendiri. Madre bagaikan bacaan penganjal, sebelum
menunggu kelahiran supernova #4. Saat
ini pun aku hanya cukup meminjamnya saja dari sang kawan dan suatu saat baru
akan termiliki oleh ku. Seperti filosofi kopi,
“madre” terdiri dari beberapa kumpulan cerita pendek dan sajak yang
diawali dengan cerita pendek berjudul “Madre”, dalam bahasa spanyol Madre
adalah ibu. Seperti yang sudah-sudah, Dee selalu dapat membuat para pembaca
terbawa kedalam cerita, seolah-olah ini adalah cerita nyata. Saya jadi
teringgat pertanyaan Lian, sahabat saya “memangnya café “filosofi
kopi” dimana ya ? ayuk kita kesana!!”, kontan saja saya tertawa. Dan kali Dee melengkapi sebuah kafe “filosofi
kopi” dengan “Tan Bakery”, dan dari cerita Madre saya bisa mengetahui seperti
apa pembuatan roti itu yang sebelumnya tidak terfikirkan olehku. Dee sanggup
memberikan cerita humor melalu percakapan tokoh utama dengan Pak Hadi seorang “Artisan”
legenda, saat membacanya saya benar-benar dibuat senyam-semyum dan tertawa
sendiri (sory Raditya Dika lewat). Dee mampu menghidupan tokoh Tansen yang cuek
dan Pak Hadi dengan hangatnya, sindiran yang menyemangati, pesan yang
menghangatkan selalu hadir.
“Tawaku menyembur. Akhirnya kutemukan kelucuan dari
semua ini. Telah kusebrangi lautan, menemui orang-orang asing yang tiba-tiba
mengobrak-abrik garis hidupku, menguak sejarah orang-orang mati yang tak
mungkin bangkit lagi, dan satu-satunya yang tersisa dari rangkaian drama itu
adalah satu toples adonan roti?” (12)
“Saya cari di
Google, kata ‘Madre’ itu ternyata berasal dari bahasa Spanyol, artinya ‘Ibu’.
Madre, Sang Adonan Biang, lahir sebelum ibu kandung saya. Dan dia bahkan
sanggup hidup lebih panjang dari penciptanya. “ (18)
Penasaran dengan seperti apakah “madre” yang sanggup
hidup ratusan tahun dan dapat memberikan kehidupan bagi para “artisan” legenda
di Tan Bakery…ayuk baca di jamin puas !! selain cerpen diatas ada beberapa puisi yang indah lho, dua diantaranya yang
saya suka adalah “ Wajah Telaga” dan “Percakapan di sebuah Jembatan”, dan pilihlah puisi favorite kamu…
Wajah
telaga tidak pernah berdusta
Ia
bergetar saat udara halus menyapu mukanya
Ia
beriak saat anggin lincah mengajaknya menari
….
Wajah
telaga tidak pernah menyangkal
…
izinkan
wajahku menjadi wajah telaga
(105)
“Berdua kami melintasi
jembatan sejarah
Tahun-tahun yang berhiaskan putih harapan dan merah darah
Dan aku bertanya : apakah yang sanggup mengubah gumpal luka
menjadi intan
Yang membekukan air mata menjadi kristal garam?
Sahabatku menjawab : Waktu
Hanya waktu yang mampu”
(123)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar