Sesuai dengan janji ku, dalam seminggu ini akan aku review supernova 1-3 aku membacanya ketika SMA, dah 6 tahun yang lalu deh. Aku membaca novel supernova justru secara terbalik tetapi itu justru mengasikan. Dimulai dengan “Petir#1”, “Akar#2” dan “Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh#3”. Supernova adalah virus. Jadi siap-siap ya terjangkit virusnya dan dijamin berkomentar kagum akan karya-karya dee…
Dee sangat ahli dalam merangkai ilmu pengetahuan mulai fisika,biologi, kimia yang dicampur ke dalam sastra. Sehingga akupun harus membacanya berkali-kali. dan Supernova satu ini juga penuh akan pengetahuan. Dimulai dari 2 tokoh berikut :
Dimas & Reuben
Dua orang pemuda cerdas yang sedang kuliah di luar negeri bertemu. Dimas yang kuliah di George Washington University bertemu dengan Reuben, si “teoritis” yang belajar di Johns Hopkins Medical School. Mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mereka berdua gay alias homo dan kebetulan sekali jatuh cinta karena kesamaan visi. Mereka membuat janji bersama untuk sepuluh tahun lagi.
Sepuluh tahun kemudian di Jakarta mereka berusaha mewujudkan janji diantaranya. Mereka berdua akan membuat sebuah mahakarya penggabungan antara “fiksi” dengan pemahaman jangka panjang tentang “fisika-filsafat”. Mereka akhirnya memutuskan akan membuat sebuah cerita dengan order dan chaos sebagai awal cerita. Dimana, sebuah dongeng masa kecil, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh mereka transformasikan ke dalam diri para tokoh modern, manusia millenium.
Tuhan berbicara lewat banyak hal, banyak mulut, dan banyak peristiwa (hlm. 53)
Dalam kerangka berpikir Reuben, segala sesuatu yang ditangkap manusia sebagai objek merupakan hasil dari keinginan yang diciptakan manusia itu sendiri, dengan otak sebagai mediasi. Ini juga tak lepas dari penjelasannya tentang “konsep waktu”. Bahwa waktu masa kini, masa lalu dan masa depan sebenarnya hanyalah akibat dari pengolahan bagian otak yang bernama cortex. Bagian itulah yang menyusun kekacauan mencari sebuah rutinitas empiris yang akhirnya terkategori. Baginya yang ada hanyalah masa kini yang terus bergerak, masa lalu yang terus bergerak, dan masa depan yang juga selalu bergerak. Tak dapat di genggam secara kategoris.
“...Dan, apa yang ia lihat bergantung dari respon mana yang ia pergunakan.
Otak adalah alat yang disediakan bagi kita untuk bermain dengan hidup.
Permainannya sendiri? Terserah anda.” (hlm. 127)
Diawali dari sebuah dongeng “Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh”.
Dimana terdapat seorang pangeran yang sangat mencintai seorang putri, namun dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Hingga muncul sang bintang yang merasa iba dan mengajak pangeran untuk ikut menuju tempat sang putri. Namun begitu sang bintang melihat sang putri, ia jatuh cinta dan membiarkan sang pangeran hancur menjadi debu dalam perjalanannya menempuh jarak dengan kecepatan yang tinggi, ditinggalkan sang bintang. Dari cerita inilah reuben merefleksikan menjadi tokoh-tokoh dibawah ini
Ksatria (Ferre), Putri (Rana) dan Bintang Jatuh (Diva)
Dia adalah seorang eksekutif muda, managing direcotr sebuah perusahan multinasional) yang sibuk dengan semua urusan pekerjaannya. Hingga sang putri datang dalam wujud seorang reporter sebuah majalah wanita, bernama Rana. Lewat sebuah takdir pertemuan wawancara mereka mulai menjalin hubungan. Mereka saling jatuh cinta, namun di saat yang tak tepat. Rana, sang putri telah diikat oleh seorang pangeran yang bahkan tak ia cintai, yaitu Aswin. Aswin adalah suami dari Rana yang sangat mencintai rana. Sedangkan refleksi bintang jatuh dalam mahakarya Reuben dan Dimas? Ia berwujud seorang wanita, cantik, cerdas, bermata hitam, modern, dan kaya. Atas ide dari Dimas, dia membuat bintang jatuh menjadi sesuatu yang special yaitu seorang pelacur. Mereka memberi nama Diva. Diva seorang wanita “siap pakai” dengan tarif dolar. Wlaupun begitu tak sembarangan orang bisa menyentuh tubuhnya karena harus rela merogoh kocek U$ 1500.
Aku sendiri sangat menyukai sifat dan karakteristik diva, walaupun seorang pelacur Diva memiliki kepandaian yang tinggi. Diva dibentuk sebagai pelacur dengan kelas tinggi, bahkan diva mampu membuat seorang guru besar kalah dalam perbincangan. Disinilah dee memasukan masalah social dan budaya, Dee sangup menyidir oknum orang kaya yang bersikap Borjuis.
“Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya.
Bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yg paling hina?”
Klimaks dari novel ini ketika Aswin telah mengetahui perselingkuhan Rana. Tentunya kalian pun akan penasaran “siapakah yang dipilih oleh rana ?”, “Apakah perasaan cinta itu?”, “ Apakah seharusnya cinta itu mengikat atau membebaskan ?”,” Bagaimana Diva sebagai Bintang jatuh dapat ikut campur dalam kehidupan Ferre ?”. AYO, temukan semua jawabanya di novel ini…
Salah satu hal yang membuat novel ini menarik yaitu “Siapa menulis siapa?”. Dalam cerita Ruben dan Dimas menciptakan sebuah karya tetapi sebenarnya mereka juga hanyalah tokoh. Dee lah yang menciptakan mereka. Inilah yang membuat aku benar-benar kagum akan karya dee . 10 jempol untuk Dee. Dijamin kalian pun akan dibuat penasaran dan membacanya tanpa henti.