Judul: Saga no Gabai Bacchan (Nenek Hebat dari Saga)
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Penyunting: Tim Kansha
Penerbit: Penerbit Kansha Books
Tahun: 2011
Hlm: 320
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Penyunting: Tim Kansha
Penerbit: Penerbit Kansha Books
Tahun: 2011
Hlm: 320
Novel
ini adalah novel terjemahan dari jepang yang saya beli bersamaan dengan novel
Totto Chan. Saat di rak display toko
kedua novel ini bersebelahan sehingga saya memutuskan untuk membelinya. Yoshichi Shimada sebagai penulis pun mengakui bahwasanya novel yang ia tulis terispirasi dari
novel Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi.
Novel ini menurut saya sangat bagus dan satu lagi yang istimewa yaitu penulis
mengunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami (ups, klo soal bahasa berati
yang hebat juga adalah si penerjemah buku karena saya membancanya dalam bahasa
Indonesia)
Novel
ini berceritakan tentang kisah seorang anak bernama
Akihiro Tokunaga yang hidup susah bersama ibunya pasca pengeboman di Hiroshima.
Hingga akhirnya ibunya merasa tidak sanggup untuk merawatnya, sehingga Akihiro malah dikirim ke desa Saga untuk
hidup bersama Neneknya. Ternyata di Saga kehidupan Akihiro jauh lebih
miskin dari pada di Hiroshima, tetapi di Saga walaupun miskin, ia tetap
bahagia.
Suatu hari saat
makan malam.
“Nek, dua-tiga
hari ini, kita makan kok hanya nasi ya, tanpa lauk?”
Setelah aku
berkata begitu, sambil tertawa terbahak-bahak, nenekku menjawab, “Besok nasi
pun takkan ada kok.” (Prolog)
Dari
prolog inilah kita dapat belajar mengenai hidup yang selalu bersyukur, dimana
nenek mengajarkan bahwa hari ini kita jauh lebih beruntung dari tidak ada nasi
sama sekali. bagi Nenek adalah hidup miskin tidak apa-apa asal ceria terus dan Nenek
juga selalu memiliki ide-ide cermelang dalam menghadapi kehidupan yang serba
miskin. Seperti saat berjalan nenek selalu mengikatkan magnet di belakangnya untuk
menarik logam-logam yg bertebaran di jalanan, dengan begitu logam-logam yang ia peroleh dapat ia jual. Nenek juga tidak perlu berbelanja di
supermarket, cukup ia membentangkan galah di sungai agar benda yg mengalir
disungai tertahan oleh galah itu. Oleh karena itu, Nenek
juga menyebut sungai itu sebagai supermarket karena banyak bahan
makanan yg mengalir di sana karena di hulu sungai ada pasar dan biasanya para
pedagang mencuci sayur dagangannya di sungai dan ada beberapa yang hanyut
terbawa arus sungai dan nenek sadar akan
hal itu. Para pedangang itu juga
membuang lobak, timun sawi yang sudah rusak atau busuk ke sungai. Menurut nenek
lobak yang berujung dua sekalipun bila
dipotong dan di rebus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun
bila dipotong dan direbus tetap saja timun. Tapi bila tidak ada makanan yang
hanyut nenek akan selalu berkata supermarket sedang libur dengan ekspresi yang
menyayangkan. Dari sungai nenek juga mendapatkan ranting atau batang pohon yang
dikeringkan dan nantinya dijadikan bahan bakar
Novel ini mengajarkan
saya banyak hal mulai dari hidup sederhana dan selalu bersyukur, hal ini
ditunjukan dari tingkah laku nenek yang
selalu bersyukur dan tidak banyak mengeluh. Bahkan di tengah-tengah kesulitanya
nenek juga masih membantu orang lain dengan meminjamkan uang yang dimilikinya.
Selain itu, Banyak kata-kata mutiara yang ditulis oleh penulis dan semuanya
adalah kata-kata yang disampaikan Nenek kepada Akihiro…
Kebaikan sejati
dan tulus adalah
kebaikan yang
dilakukan tanpa diketahui orang
yang menerima kebaikan.
Pelit itu payah !
Hemat Jenius !
Ada dua jalan buat orang
miskin.
Miskin muram dan miskin
ceria.
Kita ini miskin yang
ceria.
Selain it karena bukan
baru-baru ini saja
menjadi miskin,
kita tidak perlu cemas.
Tetaplah percaya diri.
Keluarga kita memang
turun temurun miskin
Dan masih banyak lagi kisah Nenek
dari Saga yang lebih keren, ayuk segera dibaca !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar