Minggu, 30 Desember 2012

Sinopsis Novel “Saga no Gabai Bacchan (Nenek Hebat dari Saga)”

Judul: Saga no Gabai Bacchan (Nenek Hebat dari Saga)
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Penyunting: Tim Kansha
Penerbit: Penerbit Kansha Books
Tahun: 2011
Hlm: 320



Novel ini adalah novel terjemahan dari jepang yang saya beli bersamaan dengan novel Totto Chan. Saat  di rak display toko kedua novel ini bersebelahan sehingga saya memutuskan untuk membelinya. Yoshichi Shimada sebagai penulis pun mengakui bahwasanya novel yang ia tulis terispirasi dari novel Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi. Novel ini menurut saya sangat bagus dan satu lagi yang istimewa yaitu penulis mengunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami (ups, klo soal bahasa berati yang hebat juga adalah si penerjemah buku karena saya membancanya dalam bahasa Indonesia)

Novel ini berceritakan tentang kisah seorang anak bernama Akihiro Tokunaga yang hidup susah bersama ibunya pasca pengeboman di Hiroshima. Hingga akhirnya ibunya merasa tidak sanggup untuk merawatnya, sehingga  Akihiro malah dikirim ke desa Saga untuk hidup bersama Neneknya. Ternyata di Saga kehidupan Akihiro jauh lebih miskin dari pada di Hiroshima, tetapi di Saga walaupun miskin, ia tetap bahagia.

Suatu hari saat makan malam.
“Nek, dua-tiga hari ini, kita makan kok hanya nasi ya, tanpa lauk?”
Setelah aku berkata begitu, sambil tertawa terbahak-bahak, nenekku menjawab, “Besok nasi pun takkan ada kok.”  (Prolog)

Dari prolog inilah kita dapat belajar mengenai hidup yang selalu bersyukur, dimana nenek mengajarkan bahwa hari ini kita jauh lebih beruntung dari tidak ada nasi sama sekali. bagi Nenek adalah hidup miskin tidak apa-apa asal ceria terus dan Nenek juga selalu memiliki ide-ide cermelang dalam menghadapi kehidupan yang serba miskin. Seperti saat  berjalan  nenek selalu  mengikatkan magnet di belakangnya untuk menarik logam-logam yg bertebaran di jalanan, dengan begitu  logam-logam yang ia peroleh dapat ia jual.  Nenek juga tidak perlu berbelanja di supermarket, cukup ia membentangkan galah di sungai agar benda yg mengalir disungai tertahan oleh galah itu. Oleh karena itu,  Nenek  juga menyebut sungai itu sebagai  supermarket karena banyak bahan makanan yg mengalir di sana karena di  hulu sungai ada pasar dan biasanya para pedagang mencuci sayur dagangannya di sungai dan ada beberapa yang hanyut terbawa arus sungai dan nenek sadar  akan hal itu. Para pedangang  itu juga membuang lobak, timun sawi yang sudah rusak atau busuk ke sungai. Menurut nenek  lobak yang berujung dua sekalipun bila dipotong dan di rebus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun bila dipotong dan direbus tetap saja timun. Tapi bila tidak ada makanan yang hanyut nenek akan selalu berkata supermarket sedang libur dengan ekspresi yang menyayangkan. Dari sungai nenek juga mendapatkan ranting atau batang pohon yang dikeringkan dan nantinya dijadikan bahan bakar
Novel ini mengajarkan saya banyak hal mulai dari hidup sederhana dan selalu bersyukur, hal ini ditunjukan dari  tingkah laku nenek yang selalu bersyukur dan tidak banyak mengeluh. Bahkan di tengah-tengah kesulitanya nenek juga masih membantu orang lain dengan meminjamkan uang yang dimilikinya. Selain itu, Banyak kata-kata mutiara yang ditulis oleh penulis dan semuanya adalah kata-kata yang disampaikan Nenek kepada Akihiro…

Kebaikan sejati dan tulus adalah
kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang
yang menerima kebaikan.

Pelit itu payah ! Hemat Jenius !

Ada dua jalan buat orang miskin.
Miskin muram dan miskin ceria.
Kita ini miskin yang ceria.
Selain it karena bukan
baru-baru ini saja menjadi miskin,
kita tidak perlu cemas.
Tetaplah percaya diri.
Keluarga kita memang turun temurun miskin

Dan masih banyak lagi kisah Nenek dari Saga yang lebih keren, ayuk segera dibaca !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar