Senin, 15 Agustus 2011

Review : 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA





Judul : 99 Cahaya di Langit Eropa, Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan I, Juli 2011
Tebal : 424 Halaman




Eropa dan Islam, menurutku keduanya sesuatu yang berbeda, jauh dan tidak pernah bersatu. Tetapi ternyata tidak seperti itu. Dan buku inilah yang menyangkal pendapatku itu. Buku ini awalnya tidak ada dalam list buku beli di bulan ini. Ketika saya akan membeli novel “madre-dee” justru menemukan buku ini. Mendengar kata Eropa memang dalam benak saya selalu saja Italy dengan Stadion Sansiro dan Prancis dengan Eifellnya (seperti apa yang di tulis dalam buku ini di bagian sampul belakang). Pada saat itu di toko buku hanya tinggal satu buku terplastik rapat sehingga saya tidak tahu isi di dalamnya seperti apa , membuat saya harus memilih antara novel Madree to Buku ini (maklum dalam anggaran saya satu bulan hanya 1 buku..hehehe). Dengan menimbang, mengigat yang akhirnya saya putuskan untuk membeli buku ini dengan alasan tinggal satu, sementara novel madre masih setumpuk.
Buku ini bercerita tentang perjalanan si penulis untuk menapaki jejak-jejak peninggalan kebudayaan Islam di benua Eropa. Jarang sekali buku yang menampilkan sejarah Islam dengan kemasan yang tidak membosankan dan sangat mudah untuk dimengerti. Kalau saja saya tidak membaca buku ini, saya benar-benar tidak tahu bahwa Kebudayaan Islam sampai di Eropa.
Di kota Wina penulis memulai perjalananya. Diawali dari cerita pasukan muslim Ottoman yang berusaha menakluk Eropa dimana dipimpin oleh Kara Mustafa Pasha. Pasukan Muslim ini akhirnya kalah dalam pertempuran yang membuat kota Wina gagal ditaklukkan sehingga ekpansi Muslim pun berhenti sampai disitu. Kuliner yang terkenal di Eropa yang ada hubungannya dengan Islam juga dibahas di buku ini. Ternyata, asal roti Croissant bukanlah dari Prancis, melainkan diciptakan di Wina untuk merayakan kekalahan pasukan Turki. Cappucino konon juga bukan berasal dari Italia, melainkan dari biji-biji kopi Turki yang tertinggal di medan perang Pertempuran Wina. 
Paris adalah kota kedua yang menjadi cerita. Di buku ini ditulis “Paris bukanlah sekedar Eiffel atau Louvre. Tapi lebih dari dua bangunan ‘kecil’ itu”. Dan ternyata paris menyimpan banyak Sejarah Islam Seperti di museum Louvre, yang tidak hanya memajang lukisan Monalisa saja tetapi Vierge à L’Enfant (Bunda Maria dan Bayi Yesus) karya Ugolino di Nerio 1315-1320 dimana terdapat kalimat Laa ilaa ha illallah pada pinggiran hijab bunda Maria. Selain itu tentang Axe Historique atau Voiec Triomphale “jalan Kemenangan” yaitu garis imajiner di Paris yang dibuat Napoleon Bonaparte yang melintasi Arc de Triomphe du Carrousel, obelisk di Place de la Concorde, Arc de Triomphe de l’Étoile, dan Grande Arche de La Défense, yang katanya jika diteruskan ke arah tenggara akan sampai ke Ka’bah.(dengan kata lain jalan kemenangan adalah jalan ke Ka’bah).
Cordoba di Spanyol mendapat sebutan The City of Light yang menjadi pusat Islam di Eropa ketika itu. Dimana di Cordoba terdapat Mezquita atau Cathedral Cordoba yaitu masjid yang diubah menjadi katedral di Cordoba. Diceritakan Seluruh negara di Eropa iri akan kemajuan dan kemoderenannya dan kehidupan warganya yang terkenal damai dan harmonis meski berbeda kepercayaan. Ketika itu mereka meniru segala sesuatu termasuk karya seni kaligrafi yang terdapat pada setiap benda yang dimiliki oleh Muslim, baik itu bangunan ataukah pakaian. 
Di Istambul Turki terdapat Hagia Sophia yaitu gereja yang diubah menjadi masjid selama kekuasaan Turki Utsmani, dan kemudian diubah menjadi museum setelah Turki berubah menjadi republik.
Buku ini benar membuat saya bangga akan Islam. Ingin juga rasanya menikmati perjalanan yang sama seperti Mbak Hanum (www.ngarep.com). Kalian harus baca, dan rasakan petualanganya…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar