Senin, 01 Agustus 2011

ACCEPTING THE ENGAGEMENT AND PLANNING THE AUDIT (Resum Audit 1 bab 7)


Terdapat 4 tahapan dalam audit (phases of an audit) yaitu:
1.                  Menerima dan mempertahankan klien.
Tahap awal dari audit laporan keuangan melibatkan suatu keputusan untuk menerima atau menolak kesempatan untuk menjadi auditor dari klien baru atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Standar pengendalian mutu menyediakan petunjuk profesional berkenaan dengan keputusan untuk menerima dan melanjutkan klien dan perikatan, sejalan dengan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing yang berlaku umum.

2.         Merencanakan audit.
Memerlukan pengembangan suatu strategi audit untuk pelaksanaan audit dan penentuan lingkup audit. Perencanaan penting agar suatu perikatan audit berjalan dengan sukses baik standar umum dan standar pekerjaan lapangan yang menyediakan pedoman profesional berkenaan dengan perencanaan audit.

3.         Melaksanakan pengujian audit.
Tahap ini juga disebut sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan (field work) karena pengujian biasanya dilakukan atas ijin klien. Tujuan utama adalah untuk memperoleh bukti audit mengenai kondisi ekonomi klien, efektivitas pengendalian intern, kewajaran laporan keuangan klien.

4.         Melaporkan temuan.
Tahap akhir dari audit adalah pelaporan temuan-temuan. Elemen penting dari setiap audit adalah komunikasi mengenai temuan audit. Auditor membuat laporan kepada manajemen dan dewan direksi beserta temuan tentang pengendalian intern dan masalah lain yang memerlukan perhatian manajemen.


MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN
Tujuan utama dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan suatu pendapat atas laporan keuangan manajemen. Jadi penting bagi auditor untuk menerima suatu perikatan audit hanya apabila terdapat keyakinan yang memadai bahwa manajemen klien dapat dipercaya. Bila manajemen kurang memiliki integritas , terdapat kemungkinan kekeliruan (error) yang material dan ketidakberesan (irregularities) akan terjadi dalam proses akuntansi di mana laporan keuangan dibuat.

1.       Berkomunikasi dengan auditor terdahulu.
Untuk klien yang pernah diaudit, pengetahuan mengenai manajemen klien yang diperoleh auditor terdahulu (predecessor auditor) merupakan informasi penting bagi auditor pengganti (successor auditor). Komunikasi dapat dilakukan tetapi harus seijin klien dan diminta untuk mengotorisasi auditor terdahulu untuk menjawab dengan lengkap pertanyaan auditor pengganti. Otorisasi diperlukan karena kode etik profesi melarang seorang auditor untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh.
2.      Mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga lainnya.
Informasi mengenai integritas manajemen juga dapat diperoleh dari pihak lain yang memiliki pengetahuan di bidangnya seperti; pengacara, bankir dan pihak lain dalam komunitas keuangan dan bisnis yang berhubungan bisnis dengan calon klien.
3.      Me-review pengalaman masa lalu dengan klien yang telah ada.
Sebelum membuat keputusan untuk melanjutkan suatu perikatan dengan klien audit, auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pengalaman masa lalu dengan manajemen klien.
MENGIDENTIFIKASI KONDISI KHUSUS DAN RISIKO YANG TIDAK BIASA
        Elemen penting dari audit melibatkan penilaian risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Akuntan publik juga menaruh perhatian terhadap resiko bisnis auditor (auditor’s business risk) jika dihubungkan dengan perusahaan yang memiliki masalah keuangan atau kelangsungan usaha, pihak yang dirugikan dapat menuntut keandalan laporan keuangan.
1.      Mengidentifikasi pemakai laporan yang telah diaudit.
Tanggung jawab hukum auditor atas audit bervariasi, tergantung pada pemakai laporan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan status badan hukum dari calon klien.
2.      Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien.
Jika suatu entitas mengalami kesulitan hukum, maka perkara hukum sangat mungkin akan melibatkan auditor yang sering dianggap memiliki “deep pockets”. Oleh karena itu auditor harus mengidentifikasi calon klien yang memiliki risiko tinggi untuk di tuntut.
3.      Mengidentifikasi Pembatasan lingkup.
Ketika menerima suatu perikatan, seorang auditor harus mengevvaluasi apakah pembaasan lingkup audit meningkatkan risiko yang menyebabkan auditor tidak dapat menerbitkan pendapat.
4.      Mengevaluasi sistem pelaporan keuangan entitas dan kemampuan audit.
Seorang auditor harus mengevaluasi kondisi lain yang meningkatkan pertanyaan mengenai kemampuan audit atau auditabilitas calon klien. Dengan semakin bergantungnya perusahaan pada pemrosesan data elektronik auditor harus mempertimbangkan implikasi apakah bukti penguat tersedia dalam bentuk dokumen atau dalam bentuk elektronik, dimana auditor ragu dan khawatir tentang catatan akuntansi atau jejak audit, maka sebaiknya perikatan tersebut ditolak.

MENILAI KOMPETENSI UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT
Standar umum pertama dari GAAS menyatakan; “ Audit dilaksanakan oleh seseorang atau orang-orang yang memiliki pelatihan teknis dan kecakapan yang memadai sebagai seorang auditor.
1.       Jasa yang diinginkan.
Kebanyakan klien memerlukan suatu audit juga memerlukan jasa tambahan. Oleh karena itu auditor dapat membuat rekomendasi tentang bagaimana meningkatkan kinerja bisnis setelah auditor memahami keadaan yang dibutuhkan oleh klien serta berusaha meningkatkan keahlian dalam sistem informasi dan pengendalian intern.

2.      Mengidentifikasi Tim audit
Penempatan staf audit sebagai suatu tim audit (audit team) dalam pengumpulan bukti diperlukan untuk pengendalian kualitas dari hasil audit. Umumnya tim audit terdiri dari:
·         Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
§  Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlian signifikan dalam industri dan yang mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan program audit.
§  Satu atau lebih senior, yang mungkin memiliki tanggung jawab untuk merencanakan audit, melakukan bagian dari program audit dan mengawasi serta me-review pekerjaan asisten staf.
§  Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.

3.      Mempertimbangkan kebutuhan untuk kosultasi dan spesialisasi
Dalam menentukan apakah akan menerima suatu perikatan, adalah lebih baik bagi seorang auditor untuk mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa konsultan dan spesiali untuk membantu tim audit dalam melakukan audit. Elemen pengendalian mutu mengenai konsultasi menyatakan bahwa perusahaan seharusnya mengadopsi kebijakan dan prosedur untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa personel akan mencari bantuan hingga sejauh yang diperlukan.
MENGEVALUASI INDEPENDENSI
Standar umum kedua dari GAAS menyatakan: dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikam mental perlu dipertahankan oleh para auditor. Independensi dalam perikatan audit diwajibkan karena merupakan elemen dalam pengendalian mutu. Apabila persyaratan independensi tidak dapat dipenuhi, maka perikatan harus ditolak atau calon klien harus diberitahu dan tidak memberikan pendapat (disclaimer) atas laporan keuangan, guna terhindar dari konflik kepentingan.


KEPUTUSAN UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK AUDIT
Kondisi yang dapat menyebabkan KAP menarik diri dari suatu audit termasuk:
Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak selama audit.
Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan.
Klien tidak mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama Audit. 
MEMPERSIAPKAN SURAT PERIKATAN
langkah akhir dari tahap penerimaan, merupakan praktek profesional yang baik untuk mentaati syarat-syarat dari setiap perikatan dalam surat

1 komentar: