Rabu, 02 Maret 2011

Penetapan Prosedur Audit Berbasiskan atas Risiko Pengendalian yang Diketahui (Tugas Resumq Audit /10)




A.    KAITAN ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN RISIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka risiko audit adalah 1%.
         Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengan saldo akun dan golongan transaksi yang material. Faktor risiko yang relevan dengan suatu asersi biasanya berbeda dengan faktor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang sama.
         Para auditor menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga komponen berikut:
Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan tidak terdapat pengendalian internal yang terkait.
Penilaian risiko bawaan memerlukan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun dan hal-hal yang hanya berkaitan dengan asersi spesifik untuk suatu akun spesifik.
Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
Auditor menentukan penilaian tingkat resiko pengendalian yang direncanakan untuk setiap asersi dalam tahap perencanaan audit.
Penilaian tingkat risiko pengendalian aktual selanjutnya ditentukan unuk setiap asersi berdasarkan bukti yang diperoleh dari studi dan evaluasi pengendalian intern klien selama pekerjaan interm dalam tahap pengujian pada audit berjalan.
Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Setelah auditor membuat keputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara keseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuat keputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampai tingkat serendah mungkin.

Kaitan komponen risiko secara kuantitatif
Kaitan antar komponen risiko audit dapat dijelaskan dengan formula berikut:
AR = IR x CR x DR




Di mana:
AR = Risiko audit (Audit Risk)
IR  = Risiko bawaan (Iherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
DR = Risiko deteksi (Detection Risk)
Kaitan komponen risiko secara nonkuantitatif


B.     MENETAPKAN RISIKO PENDETEKSIAN
         Tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima ditentukan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Resiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang diekspresikan dalam model berikut:
DR = AR/ (IR x CR)


Model tersebut menunjukkan bahwa untuk tingkat risiko audit tertentu yang ditentukan oleh auditor, risiko deteksi berbanding terbalik dengan tingkat risiko bawaan yang diperhitungkan dan risiko pengendalian.
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan dasar tingkat pengujian subtantif yang direncanakan.
Sebelum merancang pengujian subtantif, auditor harus menentukan apakah tingkat pengujian subtantif yang direncanakan dan risiko deteksi terkait yang direncankan perlu direvisi.

Mengevaluasi Tingkat Pengujian Subtantif yang Direncanakan
Pada saat mengevaluasi tingkat pengujian subtantif yang direncanakan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan, auditor akan mempertimbangkan bukti yang diperoleh dari :
a.       Penilaian risiko bawaan (invernt risk)
b.      Prosedur untuk memahami bisnis dan industri klien dan prosedur analitis terkait yang telah dilengkapi.
c.       Pengujian pengendalian yang meliputi:
ü  Bukti tentang efektivitas pengendalian intern yang didapat ketika memperoleh pemahamantentang pengendalian intern
ü  Bukti tentang efektivitas pengendalian intern yang mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah.
Auditor harus membandingkan tingkat aktual atau final tentang keyakinan yang diperoleh dari prosedur tersebut dengan penilaian tingkat risiko bawaan yang direncanakan, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian.
Auditor harus membandingkan tingkat aktual atau final tentang keyakinan yang diperoleh dari prosedur tersebut dengan penilaian tiongkat risiko bawaan yang diencanakan, risiko prosedur analitis dan risiko pengendalian. Jika tingkat risiko akhir yang dinilai adalah sama dengan adalah sama dengan penilaian tingkat risiko yang direncanakan, berarti auditor berhasil merancang pengujian subtantif spesifik berdasarkan strategi audit pendahuluan.

Merevisi Risiko Deteksi yang Direncanakan
Tingkat risiko deteksi yang direvisi atau tingkat risiko deteksi final yang dapat diterima ditentukan untuk setiap asersi dengan cara yang sama dengan penentuan risiko deteksi yang direncanakan, kecuali bahwa hal tersebut didasarkan pada penilaian aktual atau final atas risiko pengendalian, bukan penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk asersi tersebut.

Menspesifikasi Risiko Deteksi untuk Pengujian Subtantif yang Berbeda pada Asersi yang Sama
Dalam perancangan pengujian subtantif, auditor mungkin ingin menspesifikasi berbagai tingkat risiko deteksi yang digunakan pada pengujian subtantif yang berbeda atas asersi yang sama.

C.    PENETAPAN SUBTANTIVE TEST
Agar mempunyai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat, auditor harus memperoleh bukti kompeten yang cukup. Pengujian subtantif dapat memberikan bukti tentang kewajaran suatu asersi laporan keuangan. Selain itu, pengujian substantif dapat menemukan kesalahan moneter atau salah saji dalam pencatatan transaksi dan saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, waktu, luas pengujian, dan penentuan staf audit guna memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.

Sifat
Agar tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif dan lebih mahal. Begitu juga sebaliknya. Jenis pengujian dan efektivitas relatifnya meliputi bagian berikut:



Prosedur Analitis
Prosedur analitis mendukung strategi top-down. Prosedur analitis dapat menjadi pengujian utama maupun pelangkap pengujian rincian.
Contohnya:
-       Perbandingan seluruh pembayaran kepada pemasok dengan barang-barang yang diterima, yang mungkin menunjukkan indikasi total pembayaran yang terlampau besar (sulit dideteksi dengan pengujian transaksi secara individual).
-       Perbandingan total gaji dengan jumlah karyawan, yang mungkin mengindikasikan pembayaran gaji yang tidak diotorisasi (yang lebih mudah daripada pengujian transaksi).
-       Untuk perusahaan yang melayani kepentingan umum, seperti perusahaan listrik dan air, dengan volume transaksi yang besar dan pendapatan rata-rata yang bernilai kecil. Jika dilakukan pengujian rincian atas transaksi (setiap transaksi), yang bervolume besar dan pendapatan bernilai kecil, akan sangat membosankan dan mahal. Pendapatan seperti ini dilakukan estimasi dengan derajat ketepatan yang wajar. Contohnya, data jumlah rata-rata pelanggan X honor bulanan selama 12 bulan = estimasi total pendapatan setiap tahun. Saldo tersebut kemudian dibandingkan dengan saldo yang dilaporkan untuk menentukan apakah pendapatan telah disajikan dengan wajar. Contoh lain, total beban komisi penjualan dapat diestimasi secara normal dari total pendapatan penjualan., bukan dengan pengujian rincian atas ayat jurnal komisi penjualan.
SAS 56 menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi prosedur analitis bergantung pada:
-       Sifat asersi
-       Kelayakan dan kemampuan memprediksi suatu hubungan
-       Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
-       Ketepatan harapan.
Meningkatnya tingkat pemahaman bisnis dan industri klien akan membantu auditor dalam merancang prosedur analitis yang lebih, dan pada akhirnya dapat memberikan bukti yang lebih efektif. Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah.



Pengujian Rincian atas Transaksi
Pengujian rincian atas transaksi melibatkan penelusuran (tracing) dan pemeriksaan (vouching). Transaksi yang rinci dapat ditelusuri (tracing) dari dokumen (seperti faktur atau voucher) ke ayat jurnal. Penelusuran bermanfaat dalam pengujian kurang saji (understatement) seperti utang.
Atau ayat jurnal yang rinci seperti jurnal pengeluaran kas dan catatan persediaan perpetual dapat diperiksa (vouching) ke dokumen pendukung. Pemeriksaan bermanfaat dalam pengujian lebih saji (overstatement) seperti piutang.
Fokus dalam pengujian ini adalah penemuan kesalahan moneter. Dalam pengujian ini, auditor menggunakan bukti yang diperoleh tentang beberapa sampel atau seluruh pendebetan dan pengkreditan secara individual dalam sebuah akun, untuk membuat kesimpulan tentang sebuah akun. Pengujian rincian atas transaksi biasanya lebih memakan waktu, sehingga lebih mahal daripada prosedur analitis, tetapi masih lebih murah daripada pengujian rincian atas saldo.
Efektivitas pengujian bergantung pada:
-       Prosedur dan dokumen yang digunakan. Dokumen yang berasal dari pihak luar dan dokumen yang dihasilkan pihak internal untuk disebarluaskan secara eksternal à lebih andal daripada dokumen internal yang tidak dibuat untuk disebarluaskan secara eksternal.
-       Jika ditargetkan pada kesalahan potensial. Contohnya, auditor ingin mengidentifikasi transaksi pembayaran gaji, di mana di luar dugaan ternyata jumlah jam kerja sangat besar. Auditor dapat menggunakan pengawasan berkesinambungan atau menggunakan software audit untuk mengidentifikasi transaksi yang diuji.

Pengujian Rincian atas Saldo
Berfokus pada perolehan bukti sacara langsung tentang saldo akun, bukan debet dan kredit secara individual yang ada dalam neraca. Contoh:
-       Auditor meminta ke bank untuk mengkonfirmasi saldo saldo kas dan ke pelanggan untuk mengkonfirmasi saldo piutang usaha
-       Menginspeksi aset pabrik.
-       Mengobservasi persediaan klien.
-       Melakukan pengujian penentuan harga persediaan akhir.

Untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang berbeda untuk penilaian atau alokasi asersi kas di bank, pengujian rincian atas saldo bisa disesuaikan, seperti tabel berikut:
Risiko Deteksi
Pengujian Rincian atas Saldo
Tinggi
Men-scan rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis atas rekonsiliasi tersebut.
Sedang
Review rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi pos-pos rekonsiliasi yang penting dan ketepatan matematis atas rekonsiliasi tersebut.
Rendah
Menyiapkan rekonsiliasi bank dengan menggunakan laporan bank yang diperoleh dari klien dan memverifikasi pos-pos rekonsiliasi yang penting dan ketepatan matematisnya.
Sangat Rendah
Meminta laporan bank langsung dari bank, menyiapkan rekonsiliasi bank, dan memverifikasi seluruh pos-pos rekonsiliasi dan ketepatan matematisnya.

Jika ingin menghasilkan risiko deteksi yang tinggi, auditor menggunakan dokumen-dokumen dari pihak internal klien dan melakukan prosedur audit secara terbatas. Sebaliknya, jika ingin risiko audit yang sangat rendah, auditor menggunakan dokumen yang diperoleh secara langsung dari bank (dokumen eksternal) dan melakukan prosedur audit yang diperluas.

Pengujian Rincian atas Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan perkiraan elemen laporan keuangan, item, atau akun atas tidak adanya pengukuran yang tepat. Contohnya adalah penyusutan periodik, penyisihan piutang tak tertagih, dan beban garansi. Konfirmasi piutang dapat memberikan bukti bahwa pelanggan memiliki utang dalam jumlah tertentu ke perusahaan, tetapi tidak memberikan bukti bahwa piutang dapat ditagih. Diperlukan pertimbangan (judgement) dalam pembuatan estimasi akuntansi.
SAS 57 menyebutkan bahwa tujuan auditor dalam emngevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan kepastian yang layak bahwa:
-        Seluruh estimasi akuntansi yang penting dalam laporan keuangan telah dibuat.
-        Estimasi akuntansi telah sesuai dengan lingkungan atau situasi yang ada.
-        Estimasi akuntansi telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan diungkapkan secara memadai.
Dalam menentukan apakah estimasi yang diperlukan telah dibuat, auditor harus mempertimbangkan industri di mana perusahaan beroperasi, metode pengaturan bisnisnya, dan pernyataan akuntansi terbaru. Bukti tentang kewajaran estimasi akuntansi dapat diperoleh auditor melalui satu atau beberapa pendekatan berikut:
-        Melakukan prosedur untuk me-review dan menguji proses manajemen dalam membuat estimasi.
-        Membuat ekspektasi yang independen atas estimasi.
-        Me-review transaksi dan kejadian berikutnya yang terjadi sebelum menyelesaikan audit yang berkaitan dengan estimasi tersebut.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1.      Pertimbangan relevansi, reliabilitas, dan kecukupan data serta faktor-faktor lain yang digunakan oleh manajemen.
2.      Pengevaluasian kelayakan dan konsistensi asumsinya.
3.      Melaksanakan ulang (reperforming) perhitungan yang telah dilakukan manajemen.

Penentuan Waktu
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mungkin mempengaruhi penentuan waktu pengujian substantif. Agar menghasilkan risiko deteksi yang tinggi, pengujian dapat dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya, agar risiko deteksi rendah, pengujian substantif dapat dilakukan apada atau mendekati tanggal neraca.
Pengujian Substantif Sebelum Tanggal Neraca
Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca (pada tanggal interim) harus berdasarkan apakah auditor dapat:
-       Mengendalikan bertambahnya risiko audit, karena risiko tersebut semakin besar jika periode waktu yang tersisa antara tanggal pengujian interim dan tanggal neraca diperpanjang.
-       Mengurangi biaya pengujian substantif yang diperlukan pada tanggal neraca, sehingga pengujian sebelum tanggal neraca menjadi efektif dari segi biaya.
Contohnya, auditor dapat mengobservasi persediaan klien pada tanggal-tanggal awal untuk memenuhi asersi eksistensi atau keterjadian dan asersi kelengkapan. Akan tetapi, auditor baru akan memperoleh nilai pasar setelah tanggal neraca untuk memenuhi asersi penilaian atau alokasi.
Bebarapa pengujian untuk periode sisa biasanya meliputi:
-       Perbandingan saldo akun pada 2 tanggal untuk mengidentifikasi jumlah yang kelihatannya tidak biasa dan menyelidiki jumlah tersebut.
-       Prosedur analitis atau pengujian substantif lainnya untuk memberikan dasar yang layak bagi perluasan kesimpulan audit interim sampai tanggal neraca.
Kombinasi pengujian subtantif sebelum tanggal neraca dan untuk periode yang tersisa dapat memberikan auditor bahan bukti kompeten yang cukup untuk menjadi dasar yang memadai dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.

Luas Pengujian Substantive
Untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang rendah, maka akan semakin banyak bukti yang diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang diperoleh dengan mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan. Sehingga, pengujian substantif akan semakin luas ketika auditor mengkonfirmasi 200 piutang usaha daripada 100 piutang usaha atau menelusuri 100 ayat jurnal daripada 50 ayat jurnal. Ukuran sampel di mana suatu pengujian diterapkan merupakan suatu pertimbangan profesional (profesional judgement). Sampling statistik dapat digunakan dalam membantu auditor menentukan ukuran sampel yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko deteksi tertentu.

Pemilihan Staf
SAS No. 1 menyebutkan bahwa auditor harus menetapkan tugas dan supervisi yang sepadan dengan tingkat pengetahuan, keahlian, dan kemampuan staf. Seperti audit estimasi akuntansi yang memerlukan tingkat keahlian dan pengalaman industri yang lebih besar daripada tugas untuk melakukan pengujian saldo.



D.    PERANCANGAN PROGRAM AUDIT
                        Dalam merancang pengujian substantive auditor harus menentukan bahwa pengujian yang tepat telah diidentifikasi untuk mencapai setiap tujuan audit khusus yang ada dalam setiap asersi.
Hubungan antara asersi-asersi, tujuan audit khusus dan pengendalain
Asersi
Tujuan Audit khusus
Contoh Pengujian Substantif
Kelengkapan
Jumlah persediaan,
meliputi semua produk,
material, dan supplies
yang ada pada tanggal
neraca

Observasi perhitungan fisik
persediaan .
Hitung semua label persediaan dan berkas perhitungan yang digunakan dalan perhitungana fisik persediaan.
Lakukan review analitis tentang
hubungan antara saldo
persediaan dengan kegiatan
pembelian terakhir, produksi,
dan penjualan.
Ujian prosedur pisah batas
untuk pembelian, pergerakan
barang melalui proses produksi
dan penjualan


 Program audit Ilustratif untuk pengujian Substantif
Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit yang harus dilakukan. Sebagai tambahan daftar prosedur audit, setiap program audit harus memiliki kolom-kolom untuk :
·         Suatu referensi silang ke kertas kerja lain yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap prosedur (bila memungkinkan).
·         Paraf auditor yang malaksanakan masing-masing prosedur.
·         Tanggal pelaksanaan prosedur diselesaikan.
           Dalam praktik , auditor mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang luasnya rincian yang ditunjukan dalam program audit. Dalam beberapa kasus program audit harus  mencangkup rincian yang memberikan :
·         Garis besar pekerjaan yang akan dilakukan
·         Dasar koordinasi supervisi, dan pengendalian audit
·         Catatan pekerjaan yang dilakukan

Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif
Tujuan suatu audit laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kerangka Umum Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif
Apabila program audit dibuat untuk piutang dagang dan investasi jangka pendek, maka langkah audit yang perlu dilakukan :
·         Verifikasi kebeneran penjumlahan dan tentukan kecocokan antara rekening control piutang dagang.
·          Verifikasi kebenaran penjumlahan dan tentukan kecocokan rekening investasi di buku besar dengan daftar detil investasi.

Program Audit Dalam Perikatan Awal
                        Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program audit untuk audit dalam penugasan pertama adalah :
1.      Penentuan ketepatan saldo saldo awal rekening pada periode yang diaudit
2.      Penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk  menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.

Program Audit Dalam Perikatan Berulang
                        Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua program yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan dengan program tersebut. Dalam situasi demikian, strategi awal audit biasanya ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwa tingkat risiko dan program audit untuk pemgujian substantive yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat digunakan pada periode berjalan.

Pertimbangan Khusus Dalam Merancang Pengujian Substantif
1.      Rekening-rekening laba rugi
a.       Prosedur analitis untuk rekening rekening laba - rugi
b.      Pengujian detil untuk rekening – rekening laba - rugi
2.      Rekening – rekening yang berkaitan dengan estimasi akuntansi.
Estimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan keuangan, pos, atau rekening yang terjadi bila tidak bisa diukur secara pasti. PSA No.37 Audit atas estimasi akuntansi ( SA 342. 07 ) menyatakan bahwa tujuan auditor dalam  mengevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk memberikan keyakinan memadai.
a.       Semua estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan telah ditetapkan
b.      Estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan
c.       Estimasi akuntansi disajiakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan di ungkapi secara memadai
3.      Rekening – rekening berkaitan dengan transaksi dengan pihak yang memilki hubungan istimewa
4.      Perbandingan antara pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar